Kesehatan

Sarana Kesehatan

Kesehatan masyarakat merupakan faktor penting dalam menunjang kegiatan pembangunan. Baik tidaknya tingkat kesehatan masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan sarana kesehatan yang layak.

Tabel 4.1. Jumlah Sarana Kesehatan Kabupaten Boven Digoel, 2012-2017

Tahun Rumah Sakit Puskesmas Keliling Puskesmas Induk Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Posyandu Polindes
Swasta Poskeskam
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
2012  2 25  10  94 
2013 17  4  10 95
2014 24  10  94 
2015 27  10  94 
2016 13  24  187 
2017 20  20  20  136  19 

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel, 2017

Keterangan: *) Data tidak tersedia 

 

Kabupaten Boven Digoel telah memiliki dua Rumah Sakit yang telah beroperasi dan terletak di Distrik Mandobo dan Distrik Mindiptana. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.1, jumlah Puskesmas Keliling pada tahun 2016 sebanyak 13 unit, puskesmas pembantu 24 unit dan puskesmas induk sebanyak 6 unit. Jumlah Puskesmas Induk di tahun 2016 tidak mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu tetap sebanyak 6 unit, namun pada tahun 2017 terjadi peningkatan yang sangat drastis menjadi 20 unit. Jumlah Puskesmas Pembantu terus mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebanyak 17 unit menjadi 27 unit pada tahun 2015. Namun pada tahun 2016, jumlah Puskesmas  Pembantu berkurang menjadi 24 unit, hal ini juga terjadi pada tahun 2017 dimana mengalami penurunan menjadi 20 unit. 

Balai pengobatan yang terdapat di Kabupaten Boven Digoel, terdiri dari Balai Pengobatan Swasta dan Poskeskam. Balai Pengobatan Swasta tercatat dari tahun 2012 hingga tahun 2015 tetap berjumlah 4 unit, dan bertambah 1 unit di tahun 2016 sehingga menjadi 5 unit, sedangkan Balai Pengobatan Poskeskam pada tahun 2016 jumlahnya berkurang dari tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2015 berjumlah 10 unit berkurang menjadi 8 unit di tahun 2016. Jumlah sarana kesehatan berupa Posyandu pada tahun 2016 meningkat tajam dari tahun 2015. Tahun 2015 jumlah Posyandu terdaftar sebanyak 94 unit, dan di tahun 2016 jumlah Posyandu terdaftar naik hampir dua kali lipat dari tahun 2015, yaitu sebanyak 187 unit. Pada tahun 2017 jumlah posyandu yang terdaftar mengalami penurunan menjadi 136 unit. Jumlah Polindes dari tahun 2012 hingga 2015 tidak mengalami perubahan, yaitu sebanyak 4 unit. Pada tahun 2016, jumlah Polindes bertambah 1 unit menjadi 5 unit.

 

Tabel 4.2. Jumlah Sarana Kesehatan Pada Puskesmas Keliling 

Kabupaten Boven Digoel, 2012-2017

Tahun

Puskesmas Keliling

Roda Empat (Mobil)

Roda Dua (Motor)

Speed Boat

Long Boat

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

2012

11

68

10

1

2013

9

45

8

1

2014

11

47

10

1

2015

13

44

16

1

2016

16

49

16

1

2017

*

*

*

*

 

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel, 2017

 Keterangan: Data tahun 2017 belum tersedia

 

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan hingga ke pelosok-pelosok kampung, Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel mengadakan sarana kesehatan berupa Puskesmas Keliling dengan fasilitas pelayanan berupa kendaraan roda empat (mobil), roda dua (motor), speed boat dan long boat. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.2, pada tahun 2015 jumlah sarana puskesmas keliling yang terbanyak adalah roda dua (motor) dengan jumlah 44 unit, diikuti dengan speed boat sebanyak 16 unit dan roda empat (mobil) sebanyak 13 unit, sedangkan sarana puskesmas keliling berupa long boat hanya terdapat 1 unit saja. Pada tahun 2015, hanya sarana puskesmas keliling berupa speed boat dan roda empat (mobil) yang mengalami penambahan jumlah unit dari tahun sebelumnya-tahun 2014, sedangkan sarana roda dua (motor) di tahun 2015 justru mengalami penurunan jumlah unit dari tahun sebelumnya. Jumlah unit sarana puskesmas keliling yang jumlahnya tetap dari tahun 2015 ke 2016 adalah speed boat dan long boat, yaitu masing-masing berjumlah 16 unit dan 1 unit, sedangkan untuk sarana puskesmas keliling berupa mobil dan motor, di tahun 2016 jumlahnya bertambah dari tahun 2015, masing-masing berjumlah 16 dan 49 unit.

 

Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan sangat diperlukan guna meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Boven Digoel terdiri dari Dokter Umum, Dokter Gigi, Bidan, Apoteker, Asisten Apoteker, Perawat, Ahli Gizi, Sanitarian dan Ahli Rontgen.

Tabel 4.3. Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan Keahlian Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel, 2012-2016

Tahun  Dokter     Bidan  Apoteker   Asisten Apoteker   Perewat   Gizi   Sanitarian   Ahli Rontgen
Umum  Ahli  Gigi 
 (1) (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11) 
 2012  14 83  144  12 
2013  10  88  159  12 
2014  33  106  237  13 
2015  19  124  14  240  13 
2016  23  142  10  13  315  17 
2017  26  179  22  161  16  14 

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel 2017 

 

Pada Tabel 4.3 tampak bahwa pada tahun 2017, jumlah dokter umum dan dokter ahli atau spesialis meningkat dari tahun sebelumnya. Dokter umum bertambah 3 orang dari tahun 2016 menjadi 26 orang di tahun 2016 dan dokter spesialis hanya bertambah 5 orang dari tahun 2016 menjadi 6 orang ditahun 2017, begitu juga dengan  dokter gigi jumlahnya bertambah dari tahun sebelumnya, yakni menjadi 2 orang. Tenaga kesehatan lainnya seperti bidan, apoteker dan perawat di tahun 2016, jumlahnya juga meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, dengan peningkatan jumlah tenaga kesehatan terbesar terdapat pada tenaga kesehatan perawat, dimana jumlah perawat di tahun 2016 meningkat sebanyak 75 orang dibanding tahun 2015. Sedangkan tenaga kesehatan seperti, tenaga gizi dan ahli rontgen jumlahnya juga meningkat dari tahun sebelumnya, namun tidak terlalu tinggi jumlahnya. Asisten apoteker adalah tenaga kesehatan yang jumlahnya di tahun 2016 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu dari 14 orang di tahun 2015 menjadi 13 orang di tahun 2016, sedangkan tenaga kesehatan sanitarian jumlahnya di tahun 2016 tetap dari tahun 2014, yaitu berjumlah 7 orang.

Kesehatan Masyarakat

10 Besar Penyakit

 

Kesehatan memegang peranan yang sangat vital dalam segala aspek kegiatan. Pembangunan di suatu daerah dapat berjalan dengan lancar jika seluruh masyarakatnya memiliki tingkat kesehatan yang lebih baik. Tingkat kesehatan masyarakat bisa dilihat dari semakin bertambah atau berkurangnya penyakit yang diderita oleh masyarakat di daerah tersebut.

 

Tabel 4.4. Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak 

di Kabupaten Boven Digoel, 2017 

 

Jenis Penyakit

Jumlah Kasus
2016

Jumlah Kasus
2017

(1)

(2)

(3)

1.

Infeksi Saluran Pernapasan Atas Akut

*

*

2.

Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan

*

*

3.

Diare

5 150

*

4.

Malaise

3 786

*

5.

Penyakit Lain pada Saluran Pernapasan Bagian Atas

18 114

*

6.

Gartritis

4 618

*

7.

Tonsilitis

*

*

8.

Kecelakaan dan Rudaksa

*

*

9.

Penyakit Kulit Infeksi

2 245

*

10.

 Karies Gigi

1 282

*

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel, 2017

Keterangan: *) Data tahun 2017 belum tersedia 

 

Tabel 4.4 menyajikan data 10 besar penyakit yang diderita oleh masyarakat di Kabupaten Boven Digoel. Pada tahun 2016, penyakit lain pada Saluran Pernapasan Bagian Atas merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat yang ada di Kabupaten Boven Digoel, dengan jumlah kasus sebanyak 18.114, diikuti penyakit diare sebanyak 5.150 kasus dan Gartritis sebanyak 4.618 kasus. 

 

 

Kasus Wabah/Endemi

Jumlah kasus wabah/endemi pada manusia yang terdapat di Kabupaten Boven Digoel, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.5 berikut.

 

Tabel 4.5. Jumlah Kasus Wabah/Endemi di Kabupaten Boven Digoel

Tahun 2013-2017

 

Kasus Penyakit Jumlah Kasus 2013 Jumlah Kasus 2014 Jumlah Kasus 2015 Jumlah Kasus 2016 Jumlah Kasus 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Demam Berdarah  526 162  626  459 
2. Malaria  5.228 5.622  4.213  9.593 
3. AIDS 15 
4. HIV 19  25 
5. Kolera


 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel, 2017

Keterangan: *) Data tahun 2017 belum tersedia 

 

Pada Tabel 4.5 terlihat bahwa penyakit Malaria masih merupakan penyakit dengan jumlah kasus terbanyak di Kabupaten Boven Digoel dalam lima tahun terakhir. Dalam lima tahun terakhir, jumlah kasus penyakit Malaria terbanyak terjadi di tahun 2016, dengan jumlah kasus sebanyak 9.593. Demam berdarah merupakan jumlah kasus endemi terbanyak berikutnya setelah Malaria. Dalam lima tahun terakhir, jumlah kasus Demam berdarah terbanyak terjadi di tahun 2015 dengan 626 kasus, dan di tahun 2016 jumlah kasus Demam berdarah menurun menjadi 459 kasus. Penyakit HIV dan AIDS adalah penyakit dengan jumlah kasus yang paling sedikit dibandingkan Malaria dan Demam berdarah. Jumlah kasus HIV dalam lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan menaik. Pada tahun 2012 jumlah kasus HIV hanya berjumlah 4 kasus, namun empat tahun kemudian, jumlahnya meningkat hingga mencapai 25 kasus di tahun 2016.

 

Kesehatan Ibu dan Anak

Ibu dan anak sangat memegang peranan penting bagi terciptanya generasi yang sehat guna menunjang pembangunan suatu bangsa. Dari ibu yang sehat, akan dilahirkan seorang anak yang sehat pula, dan dari anak yang sehat, akan tercipta manusia-manusia yang sangat berpotensi dalam membangun bangsa ke depan. 

 

 

Persalinan Ibu

Jumlah ibu bersalin dari tahun 2012 hingga tahun 2016 di Kabupaten Boven Digoel cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2016, jumlah ibu bersalin mencapai 1.501, dimana jumlah ini merupakan yang terbanyak dibandingkan jumlah ibu bersalin empat tahun terakhir, seperti yang tampak pada Gambar 4.1. 

Sementara itu dalam lima tahun terakhir, lebih dari 50% ibu bersalin, penolong persalinannya telah dilakukan oleh tenaga kesehatan. Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4.1, dari tahun 2012 hingga 2016, lebih dari 900 persalinan telah ditolong oleh petugas kesehatan.

 

Gambar 4.1 Jumlah Ibu Bersalin dan Jumlah Persalinan yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Boven Digoel Tahun 2013 - 2017

 

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel, 2017

 

Balita Gizi Buruk

Gambar 4.2 Perkembangan Jumlah Balita Gizi Buruk di Kabupaten Boven Digoel Tahun 2013 - 2017

 

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel 2017

 

Gambar 4.2, menunjukkan perkembangan jumlah kasus balita gizi buruk di Kabupaten Boven Digoel dari tahun 2013 hingga 2017. Dari tahun 2013 hingga tahun 2015, jumlah kasus balita gizi buruk cenderung mengalami kenaikan, meskipun tingkat kenaikannya tidak begitu signifikan tiap tahunnya. Pada tahun 2016 jumlah kasus balita dengan gizi buruk mengalami penurunan, yaitu dari 12 kasus pada tahun 2015, menjadi 7 kasus di tahun 2016.  Jumlah kasus balita gizi buruk ini juga mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi 3 kasus. Hal ini harus terus diantisipasi oleh berbagai pihak baik Pemerintah Daerah maupun masyarakat, agar tercipta generasi yang sehat secara jasmani di masa mendatang.